Yang justri saya khawatirkan kalau kamu salah memilih tempat curhat. Atau kalau kamu tidak mau berbagi apa yang kamu rasakan ke lingkungan sekitar. Coba kita lihat ya, pernah memperhatikan beberapa anak yang orang tuanya guru ngaji, atau anak orang besar lainya, tapi anak itu ternyata kelakuannya jauh dari orang tuanya. Saya pikir itu tidak sedikit, dan saya kira di lingkunganmu juga salah satunya ada. Orang tuanya orang baik baik, bahkan boleh di bilang punya ilmu dan pendidikan yang tinggi namun justru anakny malah punya sikap yang boleh di bilang brandal atau nakal.
Kadang pernah terpikir ga kenapa seperti itu? Apakah salah orang tuanya? Padahal orang tuanya sering mengajarkan kebaikan bagi orang lain, namun ironinya dalam keluarganya ternyata ada yang ‘unik’. Ehm, kalau saya pikir dan saya rasakan, kelakuan anaknya yang sebenarnya tidak di ketahui keluarganya, terutama orang tua. Jadi orang tuanya kadang taunya si anak baik baik saja karena di rumahnya memang si anak itu menunjukkan sikap yang baik. Tapi begitu di lingkungan, dimana tidak ada pengawasan, si anak mulai merasakan kebebasannya sehingga ia bertindak semaunya.
Mungkin si anaknya sebenarnya baik, hanya saja ia kurang di perhatikan dari hal hal tertentu dan berusaha mencari hal yang bisa menutupi kelemahanya. Atau dia berusaha menampilkan ke gelisahannya namun orang tuanya mengekang atau bahkan bisa jadi menyalahkannya, sehingga ia lebih baik bersembunyi sembunyi dalam kesalahanya.Saya pun pernah mengalami hal yang serupa waktu remaja, ketika mengalami permasalahan namun justru orang tua menambah permasalahan, dan terkadang menyalahkan. Kemudian saya berusaha mencari seseorang dan sosok, saya memilih si A, saya pikir dia pun akan menyalahkan. Kalau saya bertanya ke si B, baik si tapi dia tidak bisa memberikan masukan. Lalu saya pilih si C, mungkin saja dia mungkin bisa saja menentang. Akhirnya pula, saya pun mulai berpikir dan memilah milih. Kemudian saya coba mencari jalan sambil refreshing, saya main ke bude (kaka nya ibu) yang saat itu di temanggung dan saya kost di purwokerto.
Dan sesuai rencana, ternyata bude melihat kegelisahan tersebut dan akhirnya saya pun bisa bercerita dengan nyaman tanpa takut di salahkan. Termasuk sikap orang tua saya yang ‘tidak meng-enak kan’ bagi saya waktu itu. Saya berfikir kenapa saya memilih bude saya, karena saya melihat beliau punya anak yang usianya lebih besar dari saya, kaka sepupu saya, sehingga saya pikir beliau bisa mengerti kegalauan saya waktu itu.
Kadang kala, kita di saat usia remaja bukanya kita tidak mau menjalankan printah orang tua atau agama sekalipun. Namun kita membutuhkan posisi atau masa yang tepat untuk bisa menerima itu semua. Soalya kita tidak lagi anak kecil, kita sudah mulai berpikir mengapa dan kenapa? Kadang kala orang tua sering mengangap kita sebagai anak kecil yang hanya di suruh ini dan itu, tidak boleh ini dan itu. Oleh karnanya Kita membutuhkan orang yang bisa menerjemahkan perintah orang tua atau perintah agama sekalipun. Orang yang tidak menyalahkan, namun bisa member masukan. Yang bisa menjaga rahasia sekaligus memotifasi kita. Seseorang dari keluarga misalnya, atau orang yang anda angap punya reputasi baik di dalam permikirannya.
Namun pada akhirnya orang tualah orang yang tepat untuk curhat. Ya memang tidak langsung bisa menerimanya, karena terus terang menjadi hal yang aneh kalau kita bercerita ‘permasalahan’ ke orang tua. Namun coba di pikir baik baik, siapapun teman curhat anda (seperti cerita sebelumnya), ia masih orang lain. Yang bisa saja punya maksud dan tujuan tertentu kepada anda. Namun namanya orang tua, tidak pernah bermaksud untuk mencelakakan anaknya sendiri. Dengan kamu bercerita kepada orang tua, kamu telah membantu diri mu sendiri agar lebih bisa di mengerti dan kamu pun membatu orang tuamu lebih bijak sana dalam bersikap. Ingat, mereka juga baru pertama kali menjadi orang tua, jadi merekapun perlu belajar dari anaknya. Oleh karenanya kamu butuh proses untuk bisa menjadikan orang tuamu tempat bercerita.
Alasan kedua kamu bisa dapat ilmu yang lebih besar dari orang tuamu. Misalnya orang tuamu adalah ahli psikologi atau guru ngaji sekalipun, ia sering menerima pasien atau melakukan pendampingan psikologi. Dan ketika kamu bercerita padanya, kamu pun akan mendapakan semua ilmu yang dia punya. Masa dia bisa mengajar atau memberi tahu orang lain tapi tidak bisa member tahu kamu, kan aneh ya ga?