Tariq bin Ziyad Mengatasi Keraguan Pasukannya

Share Article : Tweet This FB Share Email Share

oleh cerita anak kost on Thursday, August 9, 2012

Tariq bin Ziyad dikenal dalam sejarah sebagai penakluk bangsa spanyol. Sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Adalah Raja Roderick yang berkuasa pada waktu itu dan memerintah dengan zalim (tidak adil). Ia membagi masyarakat bangsa Spanyol dalam lima kelas, yaitu : kaum bangsawan dan raja serta orang kaya, pendeta, abdi negara menduduki kelas tiga teratas. Kelas ke empat duduki oleh petani dan masyarakat, serta kelas terakhir oleh buruh dan pegawai rendahan. Kedua kelas terakhir di bebani pajak yang tinggi dan sangat menderita hidupnya, oleh karenanya banyak yang mengungsi ke afrika utara dibawah pemerintahan Musa bin Nuasir.

Melihat ketidak adilan tersebut, Musa bin Nusair berencana membebaskan rakyat Spanyol. Maka di kirimlah Abu Zar’ah dengan beberapa pasukan yang sukses menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai.  Atas keberhasilan ini maka Musa kemudian memerintahkan Thariq bin Ziyad untuk menaklukan yang kedua kalinya.

Thariq bin ziyad menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Ia membawa 7.000 pasukan untuk menghadapai 25000 pasukan musuh. Menghadapi pasukan nya yang kalah mental dan jumlah, ia kemudian mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”), Bukit Thariq. Lalu ia membakar semua armada yang ia miliki miliki.

Tariq bin Ziyad Mengatasi Keraguan Pasukannya
Kemudian dengan tegas di hadapan pasukannya yang kalah mental, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: Menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua mati syahid”

Renunggan. 

Sebuah pertimbangan dalam melakukan sesuatu itu penting, namun terlalu banyak pertimbangan akan mebuat kita menjadi bimbang dan malah akan menimbulkan keragu raguan. Tariq bin Ziyad mengajarkan sebuah pelajaran penting, apapun yang terjadi jangan pernah mundur ke belakang.

Ada pemikiaran dimana ia tidak berbuat karena takut salah. Hal tersebut keliru, lebih baik salah karena berbuat daripada tidak pernah salah tapi tidak pernah melakukan apa apa.

Lihatlah Thomas Alfa Edison, yang telah membuat 65.000 kesalahan dalam menciptakan bola lampu. Kita bisa bayangkan kalau dia tidak mencoba karena takut salah, akhirnya kita tidak akan menemukan penerangan di malam hari. Dan dengan sikap bangga beliau berkata, "saya tidak melakukan kesalahan, justru saya menemukan 6500 cara agar lampu tidak menyala."


drieant Cerita Anak Kost Updated at: Thursday, August 09, 2012