Bayangkan saja, di rumah makan sederhana (warteg) di dekat saya kost, ko ada tukang parkirnya. Padahal kan tempatnya tidak terlau tertutup, si pemilik motor pun masih bisa melihat motornya dan tempatnya pun tidak terlalu rame, jadi untuk apa tukang parkir di situ? kalau memang tempatnya rame dan banyak lalu lalang motor keluar masuk, tidak soal kalau ada tukang parkirnya karena itu membantu paling tidak merapihkan motor sehingga yang belum kebagian tempat bisa dapet tempat parkir.
Nah kalau di warteg, kalau si tukang parkir tidak merapihkan motor dan lalu tiba tiba ketika si pemilik motor keluar lalu di tagih, mungkin itu lebih tepatnya sewa parkir bukanya tukang parkir.Saya sangat senang kalau melihat tukang parkir parkir yang ada kerjanya, merapihkan motor atau sekedar menutupi motor kita dengan kardus untuk menghidari dari terik matahari yang belebihan. Dan kita pun sebagai pengguna tidak masalah untuk mengeluarkan uang sekedar membayar jasanya.
Tukang parkir selalu menjadi fenomena yang unik, atau lebih tepat nya pengelolaan parkir. Bahkan saya pernah membaca sebuah koran yang menyebutkan kalau ada daerah tertentu yang menargetkan pajak dari parkir. Tak tanggung tanggung, potensi penghasilannya bisa milyaran setahun, berarti lumanyan juga ya. Mungkin lebih enak jadi tukang parkir kali ya daripada blogger, hehehe.
Saya sendiri tidak tau bagaimana pengelolaan dan pendistribusian si tukang parkir ini. Satu sisi memang bisa saja membantu yang memiliki kendaraan, disamping itu pula merupakan penghasilan yang terbilang cukup besar dimana pemerintah daerah pun menjadikan sebagai salah satu pemasukan pajak. Namun alangkah baiknya kalau di tertibkan si tukang parkir ini, sehingga tidak semua tempat selalu ada tukang parkirnya. Soalnya kadang belanja ga sebearapa, eh harus keluar duit 1000 untuk bayar, berarti sama aja dengan membeli lebih mahal.