Pernikahan Di Mata Agama
Kalau namanya sebagian dari iman, berarti orang yang belum nikah imannya belum sempurna? masih ada sebagian lagi yang harus di penuhi dari pernikahan. Aku sendiri bukan ahli agama dan tidak bisa mengomentari tentang hal ini. Namun yang ketika seseorang telah menikah, maka yang jelas sikapnya pun berubah, tidak lagi selengean seperti ketika dirinya masih lajang.Coba ya kita perhatikan, kalau orang yang masih lajang, apalagi seperti aku yang anak kost. Kadang kalau orang yang masih bujang, saat suntuk paling enak adalah main ke kost teman atau kalau perlu menginap di sana. Hal itu bebas bebas saja dan ga ada yang peduli asalkan aku tidak menggangu yang lain. Kalau orang yang sudah nikah? ehm, sepertinya tidak bisa main seenaknya, paling tidak istrinya bakalan nyariin. Kalau kata temanku yang ud nikah, ada yang nungguin di rumah jadi harus pulang. Meskipun aku sendiri ga tau di rumah si istri nunggu ngapain (kira kira nungguin apa ya?.. waduh jangan mikir jauh jauh ah, nanti jadi kepengin).
Sikap Orang Yang Sudah Menikah
Satu lagi yang paling nyata bedanya, misalnya kita sedang tidak suka dengan seseorang. Kita bisa saja frontal kepadanya, protes atas sikapnya atau apapun. Dan kalaupun ternyata dia satu kelompok atau bahkan satu kerjaan sekalipun, kita bisa saja pergi dari dia, menghidar untuk mencari kelompok lain. Misalnya pula, kalau kita punya bawahan, dan dia melakukan kesalahan, kita bisa pecat atau minta ganti orang. Bebas ga ada yang ngelarang selama kita punya kuasa.Namum bayangkan saat kita tidak suka terhadap istri atau anak, saat mereka berbuat salah, kita tidak bisa seenaknya seperti di atas. Paling tidak kita masih tetap ketemu dengannya, bahkan satu rumah dan pasti mau ga mau akan ketemu. Kalau anak kita berbuat salah, sebesar apapun itu kita tidak bisa frontal apalagi sampai mengusirnya. Ia masih menjadi anak kita, dia akan tetap menjadi anak kita dan kita akan tetap bertemu dengannya esok hari.
Mungkin seperti itu yang membedakan orang yang sudah nikah dan yang belum. Kesalahan dalam sebuah keluarga sepeti sakit pada ujung jari, walaupun ujung jari yang sakit tapi badan yang lain ikut merasakan. Ketika kita mengerjakan sesuatu lalu tiba tiba tangan kita kejepit, kita tidak bisa serta merta memotong tangan itu untuk menghilangkan rasa sakitnya, justru tubuh yang lain ikut merasakannya. Ya mungkin seperti itulah gambaranya, kalau sudah menikah, susah senang, salah benar semua di tangung bersama. Mereka semua menjadi bagian dari hidup kita yang tidak bisa senaknya kita putuskan, jadi kita harus benar benar menjaga sikap kita.
Mungkin dari itulah pula mengapa menikah itu membuat orang lebih dewasa, karena sikapnya pun berubah dan lebih terkontrol. Namun saya sendiri pun belum tau, saya masih hanya meng-ira ira dan belum bisa mempraktekan.