Siapa yang Susah?

Share Article : Tweet This FB Share Email Share

oleh cerita anak kost on Tuesday, January 31, 2012

Siapa yang Susah?


Siapa yang susah? Mungkin ungkapan itu wajib kita tanyakan kepada diri kita atas apa yang kita lakukan. Budaya praktis dan tidak mau susah telah mendarah daging sehigga menyusahkan kita sendiri pada akhinya. Loh emangnya saya salah apa? Tidak salah mungkin hannya lupa, namun lupa yang bekepanjangan akan berakibat buruk juga bagi kita sendiri. Misalnya kita tidak mau susah membuang sampah ke tempat yang di sediakan kemudian kita membuangnya di pingir jalan dekat rumah kita, mungkin kita berpikiran “ah Cuma sedikit”, “ah Cuma saya doang” namun akhinya semua orang berpikir demikian dan akhinya pun sampah sampah dimana mana. Ketika hujang datang sampah banyak menyimpan air sehingga jalanan menjadi becek ditambah aroma yang tidak sedap yang keluar.
Siapa yang susah

Lalu siapa yang susah? Orang lain? Tidak juga, kita sendiri karena kita yang paling banyak tinggal di situ. Becek yang terjadi mengakibatkan kesulitan ketika melewati jalan tersebut, bisa bisa motor “kepater” istilah orang jawa bilang, masih untung kalo kepater nah kalo jatuh?. Belum lagi penyakit yang datang akibat sampah tergenang air, ditambah klo banjir melanda tambah sulitlah kita. Dan pada saat tamu datang ke rumah melewati sampah tersebut akhirnya mereka juga ikut menangung derita. Jadi siapa yang susah?

Ketika berkendara pas macet misalnya, kita juga ga mau susah untuk ngantri motor. Alhasil sodara kita yang sudah berjejer rapih di samping kemudian di serobot dari belakang, orang lain juga ga mau suasah dan ikut ikutan, akhirnya kendaraan dari sebrang tidak bisa lewat. Bukannya macet selesai tapi justru tambah karena jalur perjalannya di tutup motor. Siapa yang susah coba?
Siapa yang Susah?

Apakah kita salah membawa motor untuk menghindari kemacetan? Tidak semuannya salah, hal ini juga akibat campur tanggan pemerintah. Pemerintah tidak mau susah untuk membatasi kendaraan yang ada di Indonesia, asal mereka dapat jatah kendaraan roda dua apapun bisa masuk di Indonesia. Hasilnya macet merajalela, jalan rusak dan angka kecelakaan bertambah. Rakyatpun menuntut ke pemerintah, klo sudah begini siapa yang susah? Pemerintah juga kan. 
 
Dilain pihak akibat dari ga mau susah dalam penerimaan pegawai negri sipil, ada oknun yang memberi kan jaminan akan masuk kalau membayar sejumlah uang. Kemudian kita lihat berita yang belum lama menyebutkan bahwa sebagian pegawai negri muda memiliki rekening gendut. Dan pemerintah kembali seolah sibuk untuk memberantas padahal ini ulah siapa? Bukannya ulah dari ga mau susah? Apa harus di salahkan pegawainya sementara mungkin ia berperinsip aksi dan reaksi, “aksinya saya dimintai duit untuk masuk, reaksinya ya saya juga harus ngumpulin duit” lagi lagi siapa yang sudah?
Bukannkah kita diperintahkan untuk merubah suatu kerusakan dengan 3 hal “tanganmu, lisanmu dan hatimu. Yang terakhir adalah yang paling lemah.” Pertama mengunakan tangan adalah dengan kekuatan atau kekuasaan. Kita semua punya kekuatan bahkan untuk tidak mengambil jalan pintas, mungkin sedikit lebih sulit dan butuh pengorbanan tapi hasilnya nanti setimpal. Kalau saja kita membuang sampah pada tempatnya, berkendara tertib maka hidup kita akan lebih damai.

Dan andai saja pemerintah mau mengunakan kekuasaan dan kekuatannya untuk merubah apa yang tidak tepat, mengembalikan dimana tatanan seharusnya dan menindak siapa yang berbuat salah, bukan tidak mungkin Negara kita menjadi Negara yang tentram. Saya belum punya kekuasaan, tapi saya ingin Negara ini damai maka saya gunakan tulisan ini sebagai kepanjangan dari lisan saya. Dan akhirnya hati saya ini gunakan sebagai doa untuk pemerintah yang telah terpecah belah.

Kadang saya berpikir munkin pemerintahan yang kacau balau sekarang ini seperti di DPR akibat ulah kita juga, akibat ga mau susah memilih, wakil mana yang ngasih uang contreng, peduli amat apa yang terjadi nanti. Dan hasilnya kita liat sendiri. Siapa lagi yang susah?

Mungkin ga Cuma itu, masih banyak contoh lain seperti produk yang mengandung merkuri, susu yang mengandung melaimin, korupsi yang merajalela, jajanan anak yang beracun, produk obat palsu, sex bebas, narkoba dimana mana, bahkan aparat yang sudah tidak mengayomi melayani masyarakat akibat dari apa? Kalo sudah begini, lagi lagi siapa yang susah?

Saatnya kita berpikir tidak untuk diri kita sendiri, marilah berpikir untuk anak, sanak dan orang orang di sekitar kita. Kita yang membangun bangsa ini dan kita juga yang telah merusaknya. Jadi ungkapan “siapa yang susah?” layak untuk kita patri dalam hati sebagai pertanyaan akhir dari apa yang akan kita lakukan. 

drieant Cerita Anak Kost Updated at: Tuesday, January 31, 2012