Era informasi dimana kita hidup, disamping itu kita di jejali sampah informasi. Seperti kita tahu apa yang ada di belahan dunia, saat itu juga kita tau tanpa harus mengunjunginya. Kita bisa bertukar informasi oleh siapapun dan dimanapun, semua serba transparan. Kita bisa memilih apapun yang kita pelajari, mulai dari TV, buku, koran dan majalah bahkan dari media yang paling keren, internet. Pertanyaan sederhana, apakah semua infomasi itu mendatangkan kemudahan?
Bila kita memandang seratus tahun yang lalu, ketika orang ingin belajar meditasi, ia terpaksa harus mendaki pegunungan India untuk belajar di sana. Jauh sebelumnya orang percaya bahwa bumi itu datar dengan eropa serta afrika sebagai ujungnya, bahkan Galileo orang yang mengatakan bumi itu bundar langsung di hukum dan akhirnya mati. Ilmu pengetahuan sunguh terbatas saat itu.
Kemudian jauh 1000 tahun sebelum itu, pengetahuan boleh dikatakan nol. Dalam bukunya Michael J. Gelb menyebutkan pada abad pertengahan, mayoritas pemikiran kaum intelek dan upaya manusia hanya dihabiskan untuk memikirkan pertannyaan-pertanyaan mengenai doktrin-doktrin yang sangat sederhana. Disamping itu kaum agama tidak ragu untuk menghukum siapa saja yang mempertanyakan dogmanya. Hai ini tentu saja tidak membiarkan pemikiran bebas.
Dewasa ini semua alat komunikasi yang telah di temukan: telpon, radio, televisi, faximil, komputer pribadi dan internet. Semua bergabung membentuk jaringan kompleks bagi pertukaran informasi global. Dahulu orang tidak mengenal waktu, sekarang kita hidup dikendalikan oleh waktu. Buku yang awalnya hanya untuk kaum elit, kini bukan hanya buku, bahkan kita di banjiri data yang belum pernah terjadi di abad abad sebelumnya.
Lebih banyak informasi memang, juga diikuti lebih banyak sampah. dimana informasi yang kita cari justru membingunakan kita, bukannya memberikan solusi atas apa yang kita cari terkadang membuat kita bingung. Kita harus memilih dan memilah mana yang sesuai. Lebih banyak informasi, lebih banyak pilihan dan tentu lebih banyak keluhan.
Ya hampir sama seperti kita berbelanja, ketika kita tidak punya pilihan kita akan bingung. Lebih banyak pilihan pun kita tambah bingung. Sederhanan saja, misalnya ketika kita mencari informasi di internet melalu mbah google, kita ketik kata kunci, banyak memang yang tertera, bahkan ada yang sesuai. Namun ketika kita buka, hanya situs sampah yang justru 'hanya mencari kembali kata kunci tersebut' atau situs PDF yang tidak bermutu yang memberikan link entah kemana. Dan akhrinya kita harus memilihnya lagi.
Dan seperti ini mungkin yang di anggap sebagai Black Hat SEO, sebuah situs yang mengunakan teknik kotor untuk mengait pengunjung agar masuk ke situsnya. Akhirnya pengunjung pula yang di bingungkan dan pusingkan, seperti yang di bahas oleh Hzndi (trima kasih pula atas award yang di berikan kepada blog cerita anak kost ini) tentang Black Hat SEO, situs seperti ini yang memang mencari dan ingin menaikan pengunjung yang mampir ke blognya.
Ya kita di banjiri informasi, juga opini opini yang belum terbukti, media yang hanya berpromosi, informasi yang sengaja menipu kita bahkan sampai menyesatkan. Kita hidup di jaman yang memiliki banyak kemungkinan, lebih banyak ke bebasan, lebih banyak pilihan. Resikonya kita harus menghadapi lebih banyak sampah, kita harus menerobos sampah tersebut untuk jeli memilih dan memilah. Dan tentunya harus lebih banyak filter yang harus di terapkan.
Era Informasi Atau Sampah Informasi
oleh cerita anak kost on Saturday, August 4, 2012
drieant
Cerita Anak Kost
Updated at:
Saturday, August 04, 2012
Label:
Wisdom
Terima kasih Anda membaca Era Informasi Atau Sampah Informasi, apabila menyukai artikel tersebut dan ingin mendapatkan updatenya. Anda dapat mengikuti via Facebook, Twitter atau Email.
Artikel Terkait
|