Dari yang saya amati, awalnya acara ini menyenangkan karena sebuah reality show yang jarang ada. Sebuah kemampuan dan pengetahuan memasak seseorang di uji dan di perlihatkan, termasuk pula kemampuan jurinya. Acaranya menegangkan dan membuat penasaran, karena kita tidak tau kesulitan masakan yang akan di sajikan, termasuk pula siapa yang pulang selanjutnya. Namun disinilah yang membuat hal tersebut kurang menarik, apa saja yang menyebabkan master chef indonesia dua kurang menarik.
1. Peserta Master Chef Indonesia
Peserta master chef terlihat hanya berfokus kepada orang tertentu, orang yang unggul dan ahli memasak itu-itu saja, tidak merata ke semua peserta. Bahkan sampai di 9 besar ini, orang yang berhasil memenangkan pertandingan ya berkutat pada orang-orang itu saja. Yang lain hanya sebagai tim penggembira di mana masakannya, menurut komentar juri, tidak ada yang terlalu istimewa.Dilain pihak, fokus kepempimpinan ketika terjadi duel group, lomba memasak berregu, hanya berfokus pada Desi yang notabene direktur hotel (kalau ga salah). Yang lain kemana? Ga bisa mimpin? Atau mau cari aman. Jadinya konflik yang terjadi pun tidak imbang, menjadi membosankan karena kita sudah tau siapa yang bakal menang.
2. Chef Junior Rorimpandey
Di master chef indonesia sebelumnya, kita melihat beberapa kali juri turun tangan untuk memasak atau sekedar mengajarkan teknik tertentu. Sekarang? Sungguh kasihan pesertanya, mereka tidak mendapat peningkatan skill dan keahlian karena tidak pernah di tunjukan oleh jurinya.Juri terkesan membosankan, mereka hanya menuntut keahlian memasak dari pesertanya tanpa menunjukan keahlian mereka sebagai juri.Chef juna, sebenarnya dia yang paling saya tunggu untuk turun tangan dalam mendemokan masakannya, karena dia yang berkomentar paling pedes. Kita perlu tau kemampuannya, bukan hanya dari membaca profil juri master chef indonesia 2, karena itu hanya tulisan, yang kita butuhkan kemampuan. Mana buktinya kalau memang dia bisa, coba di tunjukan bukan hanya berteori ketika memberikan instruksi untuk membantu peserta. Dan kesannya, saat ini dia sebagai artis, bukan sebagai juri. Chef juna lebih terlihat acting dari pada memberikan penilaian yang benar. Itu si menurut saya.
3. Chef Maria Irene Susanto
Chef marinka, di season master chef indonesia sebelumnya dia saya perhatikan ramah dan membantu pesertanya, ia punya kesan baik. Tapi kenapa ko dia di master chef indonesia dua ini terkesan berwatak jahat ya, tidak membimbing tapi lebih ke menuntut, meminta tanpa memberikan kasih sayang sebagai juri yang baik.Namun sedikit kebaikan dia, ia sering mendemokan masakannya ketika pressure test di lakukan. Jadi kita memang bisa melihat kemampuannya dalam membuat masakan boleh di bilang ok dan memang pantas jadi juri.
4. Chef Degan Septoadji Suprijadi
Chef degan adalah hal yang menarik bagi saya dalam master chef indonesia dua ini. Chef yang pada awalnya terlihat garang bahkan menyaingi chef juna, makin kesini terlihat bahwa ia adalah orang yang bijaksana. Entah itu acting atau sungguhan saya tidak tau, tapi yang membuat saya angkat topi terhadap chef ini, dia selalu menghargai masakan orang. Walaupun rasanya tidak enak, dia tetap memakan masakannya dan tidak pernah me – ‘lepeh’ (istilah jawa, artinya memuntahkan makanan) yang ia makan. Beda dengan juna ataupun chef marinka.Satu hal lagi, chef degan ini kalau memberi komentar tentang masakan total, bahkan dia sampai membuka dan membongkar masakan seseorang dan di perlihatkan letak kesalahannya di mana. Itu lah hal yang pantas dari seorang juri, benar benar memberi masukan yang membangun pada pesertanya.
Akhirnya, itu semua hanya penilaian saya dan sebuah masukan, walaupun mungkin masukan ini tidak berarti lagi karena pada saat tulisan ini di buat acara master chef indonesia sudah berakhir. Karena kita tau, acara tersebut yang di tampilkan di TV adalah siaran tunda. Namun, layaknya suporter bola, saya sebagai penonton hanya bisa berkomentar.