Namun sisi lain, tanggung jawab yang di pikul sebagai ketua kelas sering kali membuatnya harus bekerja ekstra, mendelegasikan perintah dari guru ke teman teman yang lainya dalam kelas tersebut, kadang juga perlu mengakomodir semua kebutuhan teman teman. Yang kalau boleh di bilang secara kasar, tugas ketua kelas itu sebenarnya ‘jongos’ atau pembantu. Disadari atau tidak, itu yang kadang terjadi dan pernah saya alami. Ketika menjadi ketua kelas, kamu bisa saja di suruh untuk mengambil tugas di meja guru, mengambil sepidol atau alat tulis di ruang guru, mengambil alat peraga atau apapun itu.
Ketua kelas memang menjadi dilema, apalagi ketika kamu masuk kelingkungan baru di dalamnya. Misalnya, kamu pindah ke SMA bonafide di suatu kota dimana anda satu satunya orang yang berbakat dari SMPmu sehingga hanya kamu yang bisa memasuki SMA tersebut. Apa yang terjadi? Anak anak yang ada di SMA tersebut biasanya memang dari sekolah unggulah di kota tersebut, SMP 1, 2, 3 atau smp smp favorit yang akhirnya masuk kedalam satu kelas yang sama. Jadinya, kelas seperti reuni dari smp yang pernah mereka tempati dan kamu menjadi minoritas. Dan tiba tiba, kamu lah yang di tunjuk sebagai ketua kelas, ehm satu sisi adalah hal yang membanggakan dan menyenangkan. Eit, jangan senang dulu ternyata di balik jabatan tersebut kamu justru nantinya terkesan di suruh suruh oleh teman teman lainya yang notabene sudah saling kenal.
Ya itulah ketua kelas, satu sisi di hormati karena sebagai orang peting di kelas dan sisi lain ia pun menjadi pesuruh dari segala kebutuhan fasilitas kelas. Semuga tergantung kamu dalam mensikapi dilema ketua kelas, saya kira sisi baiknya kamu di pakasa untuk menjadi pemimpin yang baik. Dimana kita tau, ketika SMA rapat rapat ataupun oraganisasi sekolah selalu melibatkan ketua kelas, dari sana kamu bisa belajar memimpin dan beroganisasi. Disamping itu ketua kelas adalah posisi yang baling bagus untuk belajar memimpin, kenapa? karena itu merupakan kegiatan sosial. Kalau kamu baru belajar memimpin ketika di perusahaan, saya kira itu kepempimpinan yang tidak murni karena bisa saja bawahan menjalankan perintah kamu bukan karena mereka menghargai kamu sebagai pemimpin, tapi karena mereka takut kalau kamu memecat atau mengurangi gaji mereka, karena anda lah bosnya.
Ketika kamu menjadi ketua kelas dan berhasil memimpin mereka, mengkoordinir teman teman sendiri sehingga bisa menghasilkan suasana yang kondusif serta teratur, itulah proses belajar kepempimpinan yang baik. Karena tidak mudah memimpin teman sendiri, apa sebabnya? Satu karena mereka sepadan (seumuran) dengan kamu sehingga ego pun masih ada (karena dia tau kejelekanmu juga). Kedua karena mereka kerja sosial, ketika mereka tidak mau menjalankan perintah anda sebagai ketua, toh itu haknya dia dan kamu tidak bisa memberinya sanksi sebab semua dalam satu level yang sama.
Ketika anda punya kuasa dan jabatan sebagai seorang pemimpin, orang akan mengikutin ada. Kalau mereka tidak mau mengikuti, anda bisa saja memberikan sanksi kepada orang yang tidak mau mengikuti perintah anda. Coba kita lihat, SBY saja pidato dan kemudian di tinggal tidur ia marah, dan ia bisa memerintahkan orang untuk membangunkan orang yang tidur, dan orang pun patuh. Coba bayangkan kalau dia tidak punya kekuasaan, apakah orang akan mau mengikutinya? Mendengarkannya? Belum tentu. Dan disinilah kita benar benar tau apa itu pemimpin sejati atau penguasa.
Dalam posisi ketua kelaslah kamu bisa belajar kepempimpinan paling sederhana di lingkungan.