Romantisnya Nabi Kepada Istri

Share Article : Tweet This FB Share Email Share

oleh cerita anak kost on Sunday, October 19, 2014

Seorang nabi Muhammad saw, ternyata di samping tegas beliau juga sosok yang romantis bagi istri beliau. Coba bayangkan, seorang pemuka agama, seorang jendral yang banyak armada di bawah tangganya, tapi beliau tetep menjadi panutan bagi istrinya. Beliau tidak pernah membiarkan istrinya merana, walaupun banyak urusan beliau pengang. Tapi istri tetap menjadi perhatiannya, beliau pernah bilang, waktu beliau itu di bagi menjadi 3 bagian, sepertiga untuk Alloh, sepertiga untuk umat dan sepertiga lagi untuk keluarga.

Kenapa keluarga yang dalam hal ini istri begitu penting? 

Romantisnya Nabi Kepada Istri
Sekarang coba bayangkan, sehebat apapun anda di perusahaan, sehebat apapun jabatan anda, ketika anda lengser ataupun tiada, perusahaan akan mudah mencari pengantinya. Tapi peran anda sebagai keluarga, sebagai kepala keluarga ataupun ayah, apakah ada yang bisa menggantikan selain anda sendiri? Jadi mana yang anda pilih, kerjaan atau keluarga? Kalau anda pikir kerjaan lebih penting, mari kita belajar dari Nabi.

Beberapa kisah berikut yang saya ceritakan, saya dapatkan dari buku yang berjudul Surat terbuka untuk para suami, ada juga dari dari pengajian dan pengalaman yang pernah saya pelajari. Saya tidak menyebutkan hadis aslinya karena saya bukan ustad, saya hanya ingin berbagi lewat cara saya sendiri, lewat bahasa yang bias dimengerti dan redaksi yang saya buat sendiri tanpa meningalkan hakekatnya.

Berbicara mengenai pernikahan, itu akan melibatkan banyak aspek, dari segi pemilihan jodoh, mengetahui apakah dia jodoh kita atau bukan. Sampai dengan ketika pernikahan, pernikahan yang membuat dewasa, sampai dengan mempertahanakan rumah tangga itu sendiri.

1. Nabi memangil istrinya dengan sebutan mulia

Sepeti riwayat yang sering kita dengar, kalau nabi tu memanggil aisah, istri beliau dengan sebutan ‘humaira’. Suatu sebutan yang artinya kemerah merahan, ya karena pipa aisah itu memang ke merah merahan, maka ia memberikan pangilan romantic kepada istri beliau dengan sebutan humaira’. Kadang kala, beliau memangil aisah pula dengan sebutan aisy.

Coba kita berandai andai, bagi anda yang memang belum berkeluarga, ketika seorang wanita kita sebut sayang atau honney. kita bisa menilai romantis sekali, seperti sebuah sayang lewat pangilan. nah sekarang gimana kalau nabi memanggi istrinya dengan sebuah nama, nama sayang yang hanya beliau seorang yang memanggilnya, alangkah indahnya bukan sebutan tersebut.

2. Nabi tidak pernah manja, ia melakukan apa yang ia bisa

Nabi, walau sebagai pemuka agama beliau tak pernah gengsi untuk membantu istrinya. Beliau selalu turun ke dapur, membantu memasak bahkan sampai membantuk perkerjaan rumah istri beliau. Bahkan beliau menjahit pakaiannya sendiri tanpa meminta istinya untuk menjahitkan.

Istri beliau pernah bercerita, nabi tu seorang yang sering membantu istrinya tanpa melupakan umatnya. Manakala azan datang, beliau cepat cepat ke masjid dan meningalkan pekerjaan nya sementara, setelah itu beliau akan cepat cepat kembali untuk membantu istrinya.

Beliau pernah mengajarkan pula, seseorang yang paling baik adalah ia yang paling baik terhadap keluarganya, dan beliau lah yang pertama.

Kenapa membantu pekerjaan istri itu penting? Coba bayangkan, pekerjaan istri tu ga ada selesainya dan ga ada liburnya. Kalau pekerjaan suami nyari duit, mentok dari jam 8 sampe jam 5 sore, dan hari sabtu minggu libur. Coba kalau istri, tiap hari harus bangun pagi nyiapin ini dan itu, nyuci ngepel dan lain sebagainya? Adakah libur? Tidak, jadi kalau kita tidak membantu alangkah malangnya nasib istri. Makannya nabi pun selalu mengerjakan pekerjaan nya sendri kalau beliau bias, tidak pernah merepotkan istri.

3. Belajar dari cara bercanda nabi terhadap aisah

Nabi pernah bilang, kalau semua kegiatan main main itu sia sia kecuali empat hal, seseoran yang mencandai istrinya, yang melatih kudanya, berlatih memanah, dan berlatih berenang.

Beliau lah yang selalu bercanda dan mencandai istrinya. bahkan, beliau pernah mencandai istrinya ketika beliau mandi bersama, beliau saling berebut air sama istrinya, berlomba lomba saling menyirami pasangan sampai sampai airnya mau habis dan mereka sama sama bilang... "sisakan air untuk ku".. "sisakan air untuk ku"...

Lain cerita, suatau saat, ketika nabi bersama aisah dan beberapa rombonga. Nabi mempersilahkan rombongan untuk berjalan dahulu dan menyisakan aisah dengannya. Dan beliau berkata, ayo sekarang kita lomba lari.. dan saat itu aisah menang karan ia masih seorang gadis yang betubuh ramping. Dan saati itu, beliau pun hanya diam saja.

Saatu saat, lain kesempatan. Ketika aisah sudah bertubuh gemuk dan ia iktu bersama dalam sebuah lawatan, sekali lagi ia memperislahkan ormbonban tuntuk mendahululinya dan menyisahkan mereka beruda. Kemudian beliau menantang aisah kembali dan beliau ternyata menang. Saati itu beliau tertawa dan berkata “ ini adalah penebus kekalahanku waktu itu “

4. Belajar romantic nya nabi

Berbicara mengenai hal romantic, tak lepas dari namanya percumbuan. ya namanya suami istri, bercumbu dan adalah hal yang halal, dan nabi punya cara tersendiri menunjukan rasa sayangnya terhadap istrinya.

Pada suatu saat, saat aisah makan bersama nabi. aisah minun di sbuah gelas, dan kemudian nabi meminta gelas itu dan di gelas yang sama. saat itu aisah perhatikan, ternyata nabi minum di bekas bibir sang istri, tepat disana. Satu kisah lagi, beliau pernah memakan danging di tepat bekas gigitan aisah. Kadang kala, beliau mengambil makanan, dan menyuapakannya kepada istrinya.

5. Memberikan lutut untuk pijakan

Suatu ketika, beliau baru menikahi shafiyaah bin huyaiy. Ketika akan membantunya naik ke atas unta, beliau duduk dengan salah satu sikunya dan memperislahkan istri beliau untuk menaiki unta dengan menginjakan kaki di atas lutut beliau.

Kaya di pilem pilem mungkin ya, yang mempersilahkan istrinya dahulu. bahkan ada yang rela melepas jasnya dan menjatuhkan nya pada jalan becek, demi melindungi istri dari kotornya jalan dan memepersilahkan ia lewat.

6. Nabi selalu mengajarkan istrinya

Pernihakan itu adalah sekolah tanpa gelar yang tidak ada batas waktunya. Setiap hari kita harus belajar dan belajar, dan nabi adalah orang yang sering mengajarkan ilmu kepada istrinya. Ia yang mendidik cara membaca, mengajarkan mengaji dan lain sebagainya ke pada istrinya.

Istri yang baik adalah istri yang haus ilmu, disamping kebutuhan jasadi kita juga butuh ilmu, dan istri pun perlu dibekali dengan ilmu. Kalo anda tidak bias mengajari, ayo sama sama belajar dengan istrinya,sama sama menghabisakan waktu untuk mencari ilmu.

Semakin bertambahanya ke solihanan istri, engkau adalah orang yang pertama menikmatinya. Pernah suatu ketika Beliau sering membaca alquan, dimana kepala beliau berpangku pada paha aisah rad, ia meletakan kepalanya ke paha istri tercinta.

Ya, Mungkin semua itu tidak bisa mengungkapkan ahlaknya beliau terhadap istri, walau saya pernah berbagi juga mengenai hal paling romantis dalam islam tetap tidak bisa mengungkapkan semua cara beliau dalam menghargai istinya. namun, kita masih bisa belajar dari beberapa hal yang beliau ajarkan kepada kita, mengajarkan kita untuk menghargai istri, memberinya kebahaagiaan lewat hal hal romantis yang beliau ajarkan.

drieant Cerita Anak Kost Updated at: Sunday, October 19, 2014

{ 6 komentar... read them below or add one }

Unknown said... Reply Comment

wah sangat romantis, duh kelak nanti kalo sudah menikah saya ingin sekali memiliki suami yang romantis hihihi :)

Unknown said... Reply Comment

Emang Nabi Muhammad itu segala tingkahnya baik buat dicontoh. :D

Unknown said... Reply Comment

waah nabi muhammad memang sosok yang patut di contoh,selain berbudi ternyata beliau juga sosok yang romatis ya ,,semoga calon suami saya mempunyai sikap seperti nabi,hehhe amin

Arsyelan Ali said... Reply Comment

Mana nih adminnya koq lama banget nganggur blognya..haaa

QBeritakan.com said... Reply Comment

lama gak berkunjung, ke sini, tambah mantap aja agan agan semua,

Admin said... Reply Comment

Subhanallah luar biasa teknik romantisme ala Nabi Muhammad sholollohu alaihi wa sallam ni, mantap

Post a Comment