Sikap dalam Ospek

Share Article : Tweet This FB Share Email Share

oleh cerita anak kost on Monday, July 9, 2012

Sikap dalam ospek perlu di perhatikan sebagai suatu upaya untuk menghadapinya dengan tenang. Ospek selalu menjadi monster dan momok di kepala mahasiswa baru, apalagi kalau bukan soal sifatnya yang keras dan kesan ngerjain mahasiswa baru. Apa si gunanya ospek, apa si tujuan ospek, apa fungsinya ospek, hanya ajang balas dendam dan penurunan harkat dan martabat mahasiswa baru. Ya hal tesebut juga menjadi pertanyaan dan pemikiran ketika saya menjadi mahasiwa baru.

Namun di balik itu semua, ospek adalah didikan yang baik. Suatu bentuk latihan mental yang akan membuat kita lebih kuat dalam menghadapi tantangan kehidupan. Orang tua memang mengajarkan ke tentang kebaikan dan juga sikap, namun dengan ospek kita di latih untuk bisa menghadapi orang lain, mempertahankan argumen kita kalau kita benar sekalipun kita di bentak ataupun di sudutkan. Dan tak banyak yang mengerti itu karena sering di salah artikan fungsi dan makna dari ospek tersebut.


ospek, Kekerasan dalam Ospek, ospek nyebelin, ospek kejam, ospek tidka manusiawi

Ospek (yang memiliki arti Orientasi Studi dan PEngenalan Kampus) biasa di isi tentang tugas tugas yang aneh, kerja kelompok, belum lagi omelan senior disertai dengan ucapan yang keras selau menghiasi hari-hari dalam ospek. Memang menyakitkan dan tidak menyenangkan waktu mejalankan, namun sebenarnya kita tidak perlu stres, itu hal biasa yang punya makna. Dan menyenangkan, loh ko bisa? ikuti ulasan dari cerita anak kost.

Ospek memang keras dan tentunya banyak tugas. Namun sebelum itu kalian perlu tau untuk apa itu ospek sebenarnya. Ospek itu sebenarnya bertujuan untuk mengenalkan kalian semua pada lingkungan kampus, baik itu ruangan, sosial, pertemanan dari kakak angkatan. Mungkin anda juga berkelit dengan menjawab, "tapi kan saya bisa tau ruangan itu dengan sendirinya!." Iya benar, kamu bisa tau ruangan sembari kuliah berjalan. Maksudnya ketika kuliah di mulai, mau ga mau kamu akan tau ruangan dengan sendirinya. Memang benar kamu bisa tau semua itu dengan sendirinya, namun kamu tidak bisa mendapatkan nilai persahabatan dan kekompakan tanpa adanya ospek.

Dengan adanya ospek kamu akan di "paksa" untuk berkenalan dengan temanmu, bahkan ada yang di hukum oleh seniornya kalau tidak kenal teman satu groupnya, dan itu bagus. Dengan demikian kamu akan mengenal teman-teman satu angkatan, tentu hal ini lebih cepat di banding dengan kalian harus berkenalan sendiri. Sisi lainya, kamu pun akan dipaksa "sama rasa", tidak ada yang kaya dan maupun miskin, semua berpakaian seragam, mengenakan atribut ospek. Bayangkan kalau kamu tidak di paksa untuk berkenalan, apa yang terjadi? "gap" yang kaya akan bergaul dengan yang kaya, sedangkan si miskin dengan si miskin dan ia mungkin akan tersingkir dari pergaulan karena minder. Orang akan memilih siapa teman yang menurutnya enak dan mengabaikan yang lainya, padahal meraka akan bersama paling tidak untuk 4 tahun ke depan.

Kemudian tugas yang di berikan kepada kalian biasanya pun terkonsep, punya makna (saya kurang tau di kampus lain, tapi di kampus saya setiap atribut itu selalu punya makna). Setiap lambang dan tanda pengenal itu di buat berdasarkan sekala dan ukuran, apalagi dulu di kampusku mayoritas orang teknik. Jadi ketika tugas itu di berikan, berarti telah melatih si mahasiswa dalam mengambar dan mewujudkannya menjadi karya. Disamping itu, hal tersebut membentuk kekompakan. Biasanya, kalau ada yang berbeda, berarti ia membuat sendiri, bukan membuat bersama dalam satu kelompok, disana terlihat suatu keegoisan dan sikap orang yang tidak mau bersosialisai. Dan kalau ini ketahuan biasanya di hukum, dari sinilah kita di latih senasib sepenangungan.

ospek, Kekerasan dalam Ospek, ospek nyebelin, ospek kejam, ospek tidka manusiawi

Lalu kenapa harus mengunakan triakan, omelan, bahkan tindakan fisik lainya. Ya setiap tempat memang ospeknya berbeda beda, tapi tujuan nya sama, kebersamaan. Kalian akan didik untuk kompak satu angkatan. Kalian di kondisikan untuk mengalami tekanan, baik lewat triakan ataupun di sudutkan. Dengan demikian apakah kalian bisa bertahan dan dapat berpikir jernih, atau hanya 'melempem' seperti layaknya krupuk. Kondisi tersebut sebenarnya di buat agar kalian di paksa untuk melawan, bukan dalam artian fisik, tapi coba lakukan argumen yang tepat untuk melawan. Disamping itu pula, kalian sedang di dipecah, jadi bisakah kalian tetap kompak dengan menerima tekanan seperti itu.

Ada sampe yang mengeluh "saya saja tidak pernah di beginikan oleh orang tua saya!" ko bisa orang lain ngomelin saya lebih dahsyat dari orang tua saya. Tidak suka dan sakit hati yang ada, tapi ya tetap di jalankan karena takut dengan senior. Ada juga yang beragapan bahwa ospek adalah ajang mebalas dendam. Sebagian memang ada, dimana kita maklum bahwa senior pun terdiri dari banyak kepala, namun lebih dari itu panitia melakukan ospek bertujuan untuk mendidik dan melatih mental kalian semua. Kalau ada ospek yang keluar dari jalur dari pendidikan mental, itu kalian perlu mempertanyakannya? atau jangan jangan senior kalian yang dulunya memang tidak lulus ospek, yang hanya bisa marah marah saja tanpa mengerti arti dan makna ospek.
Ospek itu pada dasarnya hal yang menyenangkan, kenapa? karena kita memiliki cerita yang luar bisa yang telah di ukir. Mungkin kalau secara sadar kita tidak mau melakukan tindakan gila yang di suruh senior. Misalnya, ada orang yang di suruh merayap di dalam lumpur dan kemudian di suruh bernyanyi mars jurusan. Bisa saja ia kesal, dongkol pada saat itu. Tapi ketika ospek itu berakhir, kemudian semua teman berkumpul menceritakan apa yang terjadi maka mereka akan saling tertawa. Dan kamu lihat, siapa yang tertawanya paling hebat? dialah yang di siksa paling parah, tapi justu jadi paling 'senang' ketika bercerita, karena ga ada yang nyaingi. 'lu si belum seberapa, gua ni di gini ini...' dan akhirnya setiap orang saling menyela dan tertawa.
Yang perlu di ingat bahwa Ospek itu adalah kegiatan terkonsep, baik waktu maupun acaranya. Jadi kalau ada senior kalian yang bilang bahwa "ini akan berlangsung setahun, atau sampai batas tak hingga", semua itu bohong. Sebab mereka pun harus mendapatkan ijin ketika melakukan kegiatan tersebut, harus menjaga dan bertangung jawab kalau tidak, mereka terancam skorsing oleh kampus dan bahkan berujung DO. Jadi kalian sebenarnya sebagai mahasiswa tidak perlu kawatir.

Kalau kalian (maba) merasa cape melaksanakan ospek, merasa kesal dengan ospek yang keras, yakinlah satu hal. Si panitia jauh lebih cape dari kalian, kalian para maba hanya di suruh membawa sesuatu, melengkapi sesuatu dan "menerima omelan" ud, gampangkan. Sedangkan senior, dia harus bangun lebih pagi, menyusun kosep, meminta ijin sana sini, belum lagi desakan dari senior yang lebih tinggi dan tentunya juga kadang mendapat marah dari dosen apabila terjadi sesuatu dan itu taruhannya nilai. Saya pernah merasakan jadi maba, dan saya juga pernah merasakan jadi panitia, lebih baik jadi mabah dah.. ga cape. Panitia cape sana sini, sudah ngurusin dirinya sendiri, ngurusin teman teman yang ga bisa di atur belum lagi ngurus perijinan dan konsep segala. Ga percaya, coba aja nanti ketika jadi panitia. Apalagi kalau alumi datang, panitia bisa habis di teror sana sini, jadi kalian yang menjadi maba, lebih enak pada dasarnya.

Akhir cerita, ospek merupakan kegiatan yang menegankan sekaligus penuh kenangan. Kita di didik untuk memiliki rasa cinta terhadap kampus dan juga di latih berani bicara dan berargument. Manfaatnya? nanti kalau kita sudah lulus, kalian memiliki ikatan alumni yang kuat dan akan menjadi orang yang tangguh ketika kita hidup di dunia kerja yang penuh struggling. Yang penuh tekanan, didikan ospek akan sangat membantu. Kalau kita belum pernah ospek, begitu kena omel atasan atau bawahan yang usianya jauh lebih tua, bisa melempem kita.

drieant Cerita Anak Kost Updated at: Monday, July 09, 2012