Kalau anda menyebrang, jauh lebih manusiawi mobil ketimbang motor. Kalau mobil di mau menghargai orang kecil, mau menghargai orang yang sedang berjalan dan tak jarang ia berhenti untuk memberi kesempatan lewat si pejalan kaki. Bandingkan dengan motor, mungkin karena dia ngerasa sama-sama kecil jadinya ga mau ngalah dan hasilnya kita sulit sekali nyebrang.
Belum lagi kalau kita coba menertibkan motor akan jauh lebih sulit ketimbang dengan mobil, mobil di stop sedikit aja mau. Dan biasanya mobil pula lebih sabar dan lebih menghargai orang lain, makanya ketika ada mobil lain yang juga ingin lewat maka ia akan menberikan kesempatan. Bandingkan dengan motor, motor walau pun sudah di stop sama satpam sekalipun (karena ada motor dari arah sebelahnya) eh dia ga mau juga berhenti dan mencari jalan yang lainya.
Ya karena motor ini ga mau ngalah, ga sedikit pula kecelakaan yang mengakibakan motor. Habis motor sudah tidak punya aturan, mau seenaknya sendiri. Dulu orang mengunakan motor untuk menghindari kemacentan dan sekarang bisa kita lihat, justru motorlah penyebab kemacetan.
Anda sebagai pengendara motor mungkin ga mau kalah beragumen, ya kalau saya naik angkot kapan sampenya. Namun permasalahanya bukan seberapa cepat kita ke kantor, namun lebih ke sikap dalam berkendara. Banyak orang yang punya motor, mampu ia beli motor namun ia tidak bisa mengendalikan motornya. Maksudnya ia tidak tau peraturan lalu lintas dan tata kramanya, al hasil cara dia berkendara tidak hanya berbahaya bagi dirinya sendiri tapi juga orang lain.Belum lagi remaja yang masih labil mengunakan motor, dan tak jarang menimbulkan keonaran dengan Aktifitas Geng Motornya.
Ya ga sepenuhnya salah penguna juga, pemerintah juga yang terlalu membebaskan dan tidak pernah mengatur regulasi jumlah kendaraan. Ditambah aparat kita yang seharusnya bisa mengayomi dalam mendidik cara berkendara yang baik malah mencari duit dari pembuatan SIM, akhirnya sistem yang begitu bagus di rusak oleh mereka sendiri. Kalau sudah begini, siapa yang susah?
Permasalahan motor adalah hal yang komplex, semua sisi ikut terlibat. Pemerintahannya juga yang ga becus mengendalikan jumlah barang yang masuk ke indonesia, jumlah kendaraan yang di produksi, yang di pikirkan hanya komisi. Belum lagi si pengendara ingin kenyamanan, ga mau naik angkutan, yang katanya ud ga nyaman. Belum lagi si supir angkutan, ga ngerti penumpang kepanasan dan pengen cepat sampe tujuan, hasilnya ngetem lah di pojokan.Wah komplex betul sepertinya. Ruet, ga ada yang mau ngalah semua pengen benar dan enak sendiri.
Saya sendiri pun ga bisa merubah keasaan, tapi paling tidak saya melakukan yang saya bisa, lewat tulisan saya. Ayolah sama sama kita punya ahlak dalam berkendara, yang saling mengargai di jalan raya. Tak usah terburu buru dan termakan emosi, nikmati saja perjalanan anda.